Cara ini relatif mudah, khusunya untuk memori jangka panjang (Long Term Memory). Saya sudah mempraktekkannya semenjak 12 tahun yang lalu. Manfaatnya sangat terasa, inilah salah satu faktor utama yang membuat wawasan penulis cukup luas (maaf, bukan bermaksud narsis, apalagi sombong, a’udzubillah!), hal ini tergambar dari beragamnya topik tulisan-tulisan yang saya publish di Kompasiana. Meskipun demikian cara ini ada tapinya lohh… >.<

Cara ini terinspirasi dari dua tempat yaitu kamar kos saat kuliah dulu dan perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Saya memiliki kebiasaan buruk saat masih mahasiswa dulu, membiarkan kamar bak kapal pecah atau seperti dihantam angin ribut. Buku-buku berserakan, kain menggantung di pintu dan di dinding kamar, ada juga yang menumpuk di sudut kamar. Gelas, piring, pulpen, handphone, tas, berseeeerakan welehh.. pokoknya semrawut dah. Sering kali saya butuh waktu lama untuk mencari barang-barang ketika saya membutuhkannya.

Saya suka membaca dan sering ke perpustakaan USU. Perpustakaan USU adalah salah satu perpustakaan terbesar di Indonesia, terdiri dari empat lantai. Mungkin ada ratusan ribu, mungkin juga jutaan, entahlah yang pasti sangat banyak koleksi buku-buku dari berbagai bidang keilmuan. Buku-buku tersebut diberi kode khusus, disusun berdasarkan jenis di atas-rak-rak yang juga diberi kode khusus. Sehingga sangat mudah mencari buku yang kita inginkan.

Otak adalah tempat penyimpanan memori, pada prinsipnya sama dengan memori komputer, dengan kapasitas penyimpanan yang sangat besar. Paul Reber, profesor psikologi Northwestern University, Amerika menyebutkan bahwa kapasitas memori otak mendekati 2,5 petabytes atau sama dengan 2,5 juta gigabytes (Scientific American). Sebagai perbandingan, komputer yang memiliki memori 2,5 petabytes mampu menampung tiga juta jam acara TV, butuh waktu 300 tahun untuk menontonnya, wow! ^_^

Sayangnya kata ilmuwan pada umumnya manusia hanya menggunakan 0,1-10 % kemampuan otak (Science Ray). Kalau ada yang mampu menggunakannya 100 %, anda dapat melihat akibatnya pada film The Limitless ^_^

Okeh, kembali ke judul, begini caranya… Sebaiknya cari waktu yang senggang, dan duduk atau berbaring di tempat yang sepi (kuburan kalau mau heheheh… sorry just kidding) sambil memejamkan mata (jangan sampai ketiduran yaa…). Bayangkan otak anda sebagai satu gedung perpustakaan yang memiliki banyak lantai, ciptakan rak-rak di tiap-tiap lantai. Eh, saya jadi teringat film Inception-nya Leonardo De Caprio hahahahahay ^,^

Susunlah memori/kenangan/ingatan anda pada lantai dan rak-rak tersebut, misalnya lantai pertama sebagai ingatan tentang diri sendiri, lantai dua tentang keluarga, lantai tiga tentang pekerjaan dan seterusnya. Di lantai pertama, susun ingatan tentang diri anda sendiri di tiap-tiap rak. Misalnya rak pertama untuk memori mengenai karakter fisik: kulit putih, rambut coklat pirang, mata berwarna biru (cantik euy hhihi) dst. Di rak kedua susun ingatan mengenai sekolah-sekolah yang sudah dilalui. Di Rak ketiga mengenai buku-buku yang pernah anda baca, untuk merapikannya beri sekat-sekat pada rak tersebut dst. Demikian juga untuk lantai dua, tiga dst.

Ini hanyalah contoh, anda dapat menyusun memori anda dengan cara anda sendiri, dengan kreatifitas anda sendiri, yang paling penting adalah mengetahui caranya. Intinya adalah mengklasifikasikan memori dan merapikannya.


Ketika anda membutuhkan ingatan tentang sesuatu, anda dapat mencari/mengambilnya dengan mudah dan cepat dari “perpustakaan” anda sendiri.

Cara ini tentunya butuh latihan yang rutin, cepat atau lambatnya menguasai cara ini bergantung kepada kemampuan masing-masing. Kabar baiknya adalah apabila sudah terbiasa, mekanisme cara memanggil daya ingat ini akan terjadi tanpa anda sadari (otomatis), kereen kan? heheheheh ^.^

Saya sangat menyarankan mengajarkan cara ini kepada anak-anak (dengan cara anda sendiri tentunya), sehingga mereka dapat menguasainya dengan cepat. Mudah-mudahan mereka menjadi anak yang jenius dan berakhlak mulia, amin ya robbal ‘alamin…

Hmmpphh….. Yang saya maksud dengan tapi di awal tulisan ini adalah masalah detail, hal ini sangat bergantung kepada kemampuan intelijen dan emosi masing-masing ^_^

Maksud saya begini, ketika saya membutuhkan penjelasan mengenai memetika-genetika, saya akan mencari di perpustakaan pribadi, di lantai satu, di rak ke satu, buku biologi genetika, bab memetika, di halaman sekian-sekian. Nah, kemampuan mencari detail inilah yang saya maksud dengan bergantung kepada kemampuan masing-masing. Bagi seorang jenius (bukan saya tentunya heheheh), kemampuan ini sangat mudah dan sangat cepat (bahkan tanpa disadari saking cepatnya).

Well… Dear Readers… Semoga bermanfaat